Okai setelah dari Batu Payung, Pak Rudi (sopir) menyarankan untuk ke Desa Sukarara. Desa Sukarara ini juga mirip dengan Desa Sade yang masyarakatnya melestarikan kain tenun suku sasak. Kami mampir di salah satu rumah yang digunakan untuk berjualan kain tenun. Di teras rumah tersebut ada beberapa ibu yang sedang menenun dengan menggunakan alat tenun. Ketika saya dan mama mendekati ibu-ibu tersebut, dengan ramah ibu-nya menawari saya untuk belajar menenun.. aah i love it! tapi melihat kain yang ibu tenun sudah setengah jadi, saya jadi takut untuk menyentuh alat tenunnya.. takut salah gerak malah nanti hasilnya awut-awutan dan malah merepotkan ibu nya karena harus memisahkan benangnya satu per satu. Jadinya saya cuma ngelihatin proses mereka menenun sambil mengambil foto.. So, jangan heran kalo harga kain tenun asli itu mahal sekali. Prosesnya aja ribeet bgt, perlu kesabaran dan ketelatenan, buatnya pun ga cuma sehari jadi, rata-rata butuh waktu 1-2 minggu per helai kain..
Proses menenun |
Setelah dari Desa Sukarara, kami berkunjung ke Taman Narmada. Kami sekeluarga memang tidak berencana ke sana, tapi karena matahari belum tenggelam, jadi kami maksimalkan jalan-jalan hari pertama di Lombok.
Taman Narmada terletak di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat atau sekitar 10 kilometer sebelah timur Kota Mataram. Taman yang luasnya sekitar 2 ha (hektar are) ini dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Mataram Lombok, Anak Agung Ngurah Karang Asem, sebagai tempat upacara Pakelem yang diselenggarakan setiap purnama kelima tahun Caka(Oktober-November). Selain tempat upacara, Taman Narmada juga digunakan sebagai tempat peristirahatan keluarga raja pada saat musim kemarau.
Nama Narmada diambil dari Narmadanadi, anak Sungai Gangga yang sangat suci di India. Bagi umat Hindu, air merupakan suatu unsur suci yang memberi kehidupan kepada semua makhluk di dunia ini. Air yang memancar dari dalam tanah(mata air) diasosiasikan dengan tirta amerta(air keabadian) yang memancar dari Kensi Sweta Kamandalu. Dahulu kemungkinan nama Narmada digunakan untuk menamai nama mata air yang membentuk beberapa kolam dan sebuah sungai di tempat tersebut. Lama-kelamaan digunakan untuk menyebut pura dan keseluruhan kompleks Taman Narmada.
Salah satu tempat sembahyang di Taman Narmada |
Saya di depan telaga Taman Narmada |
Di taman ini juga ada kegiatan bagi wisatawan yang ingin di sucikan dengan air dari telaga, tentu saja dengan ritual sebelumnya, kabarnya setelah disucikan, orang tersebut dapat terlihat awet muda.Tertarik?
Kalau saya dan keluarga lebih prefer duduk di belakang Taman makan sate ayam sambil menikmati suasana Taman Narmada yang memang asri dan sejuk. :D
Hari pun semakin sore, kami memilih untuk segera ke hotel di Graha Beach Senggigi Hotel. Saya memang sudah jauh-jauh hari booking kamar dan transfer DP sejak di Surabaya, takut nggak dapet kamar karena saya ke lombok pas natal 2013. Dan ternyata memang benar, ketika saya mau check in di Graha Senggigi, ada bapak-bapak ingin menanyakan kamar kosong untuk tgl 31 Des, tapi dijawab oleh recepsionis-nya kalau seluruh kamar sudah full book sampai tanggal 6 Jan 2014. Untuk harga kamarnya, hotel-hotel di senggigi memang memasang tarif lebih tinggi dari pada hotel yang berlokasi di Mataram. Mungkin karena lokasi hotelnya yang dekat dengan pantai Senggigi. Saat itu saya bayar Rp 654.000/kamar/malam. Saya hanya pesan satu kamar saja untuk dua malam. Hotel ini terbagi menjadi dua bagian, yang satu dekat perbukitan, lalu satu lagi berhadapan langsung dengan pantai Senggigi. Lucky me kamar kami di bagian yang dekat dengan pantai. Jadi setelah saya mandi sore, langsung duduk manis di restoran hotel menunggu sunset. Yup, pantai senggigi ini memberikan panorama sunset Lombok yang indah.
Matahari terbenam di Senggigi |
Beautiful, isn't it? Hari pertama kami di Lombok pun ditutup dengan makan malam nasi goreng yang dibeli Mama di warung sekitar hotel.
.... to be continue....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar