Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 30 November 2014

Berlibur ke Lombok (Part 2)

   Okai setelah dari Batu Payung, Pak Rudi (sopir) menyarankan untuk ke Desa Sukarara. Desa Sukarara ini juga mirip dengan Desa Sade yang masyarakatnya melestarikan kain tenun suku sasak. Kami mampir di salah satu rumah yang digunakan untuk berjualan kain tenun. Di teras rumah tersebut ada beberapa ibu yang sedang menenun dengan menggunakan alat tenun. Ketika saya dan mama mendekati ibu-ibu tersebut, dengan ramah ibu-nya menawari saya untuk belajar menenun.. aah i love it! tapi melihat kain yang ibu tenun sudah setengah jadi, saya jadi takut untuk menyentuh alat tenunnya.. takut salah gerak malah nanti hasilnya awut-awutan dan malah merepotkan ibu nya karena harus memisahkan benangnya satu per satu. Jadinya saya cuma ngelihatin proses mereka menenun sambil mengambil foto.. So, jangan heran kalo harga kain tenun asli itu mahal sekali. Prosesnya aja ribeet bgt, perlu kesabaran dan ketelatenan, buatnya pun ga cuma sehari jadi, rata-rata butuh waktu 1-2 minggu per helai kain..


Proses menenun

   
Di dalam rumah yang kami kunjungi
  Setelah dari Desa Sukarara, kami berkunjung ke Taman Narmada. Kami sekeluarga memang tidak berencana ke sana, tapi karena matahari belum tenggelam, jadi kami maksimalkan jalan-jalan hari pertama di Lombok.
   Taman Narmada terletak di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat atau sekitar 10 kilometer sebelah timur Kota Mataram. Taman yang luasnya sekitar 2 ha (hektar are) ini dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Mataram Lombok, Anak Agung Ngurah Karang Asem, sebagai tempat upacara Pakelem yang diselenggarakan setiap purnama kelima tahun Caka(Oktober-November). Selain tempat upacara, Taman Narmada juga digunakan sebagai tempat peristirahatan keluarga raja pada saat musim kemarau.
   Nama Narmada diambil dari Narmadanadi, anak Sungai Gangga yang sangat suci di India. Bagi umat Hindu, air merupakan suatu unsur suci yang memberi kehidupan kepada semua makhluk di dunia ini. Air yang memancar dari dalam tanah(mata air) diasosiasikan dengan tirta amerta(air keabadian) yang memancar dari Kensi Sweta Kamandalu. Dahulu kemungkinan nama Narmada digunakan untuk menamai nama mata air yang membentuk beberapa kolam dan sebuah sungai di tempat tersebut. Lama-kelamaan digunakan untuk menyebut pura dan keseluruhan kompleks Taman Narmada.

Salah satu tempat sembahyang di Taman Narmada

Saya di depan telaga Taman Narmada

   Di taman ini juga ada kegiatan bagi wisatawan yang ingin di sucikan dengan air dari telaga, tentu saja dengan ritual sebelumnya, kabarnya setelah disucikan, orang tersebut dapat terlihat awet muda.Tertarik? 
   Kalau saya dan keluarga lebih prefer duduk di belakang Taman makan sate ayam sambil menikmati suasana Taman Narmada yang memang asri dan sejuk. :D 
   Hari pun semakin sore, kami memilih untuk segera ke hotel di Graha Beach Senggigi Hotel. Saya memang sudah jauh-jauh hari booking kamar dan transfer DP sejak di Surabaya, takut nggak dapet kamar karena saya ke lombok pas natal 2013. Dan ternyata memang benar, ketika saya mau check in di Graha Senggigi, ada bapak-bapak ingin menanyakan kamar kosong untuk tgl 31 Des, tapi dijawab oleh recepsionis-nya kalau seluruh kamar sudah full book sampai tanggal 6 Jan 2014. Untuk harga kamarnya, hotel-hotel di senggigi memang memasang tarif lebih tinggi dari pada hotel yang berlokasi di Mataram. Mungkin karena lokasi hotelnya yang dekat dengan pantai Senggigi. Saat itu saya bayar Rp 654.000/kamar/malam. Saya hanya pesan satu kamar saja untuk dua malam. Hotel ini terbagi menjadi dua bagian, yang satu dekat perbukitan, lalu satu lagi berhadapan langsung dengan pantai Senggigi. Lucky me kamar kami di bagian yang dekat dengan pantai. Jadi setelah saya mandi sore, langsung duduk manis di restoran hotel menunggu sunset. Yup, pantai senggigi ini memberikan panorama sunset Lombok yang indah.

Matahari terbenam di Senggigi

Beautiful, isn't it? Hari pertama kami di Lombok pun ditutup dengan makan malam nasi goreng yang dibeli Mama di warung sekitar hotel.

.... to be continue....









Minggu, 16 November 2014

Berlibur ke Lombok (Part 1)

Sebenarnya Pulau Lombok telah lama menjadi destinasi impian saya berlibur. Karena beberapa tahun belakangan ini, saya cenderung ke Bali dan ke Sumatera, jadi belum ada kesempatan ke Lombok..Dan rasa ingin explore Lombok ini pun makin membuncah saat ada rekan kerja saya yg barusan ke Gili Trawangan.. Liat-liat foto liburan mereka, duhh dalam hati saya bilang "Demi apapun saya harus ke Lombok!"
Well.. Ketika Bapak saya menanyakan "Besok End Year Holiday pengen kemana?", Saya pun request berlibur ke Lombok pada Bapak dan Mama. Yah mungkin sudah menjadi rutinitas untuk Bapak biasa mengambil cuti panjang sebelum natal sampai setelah tahun baru. Kata beliau sih buat ngabisin sisa cuti kantor. Padahal kalian tahu sendiri, berlibur saat natal dan tahun baru termasuk high season dan semuanya pada naik harga.. 
Daan Alhamdulillah setelah lobi-lobi politik sama Bapak (ceileeee lobi-lobi politik??) akhirnya kami bertiga sepakat untuk berlibur ke Lombok selama 4 hari 3 Malam. Saya dan Bapak pun menyiapkan surat ijin cuti kami masing-masing di kantor kami masing-masing..

Yup, kami memilih untuk tidak menggunakan jasa Tours and Travel, toh ini cuma ke Lombok dan orang tua saya sudah pernah ke Lombok sebelumnya. Saya pun juga pernah ke Lombok, tapi saat itu masih umur 6 tahun, jadi sama sekali tidak ada memory tentangnya. Karena kami berlibur saat high season, perlunya beli tiket pesawat dan booking hotel jauh-jauh hari sebelum keberangkatan kami. Dari pada dapet harga yang diluar kemampuan, nanti ujung-ujungnya rencana liburan kami batal gara-gara kemahalan. Saya nggk mau hal itu terjadi, maka saya lah yang ditugaskan oleh Bapak untuk membuat persiapan dan jadwal kegiatan selama kami di Lombok. Dan bermodalkan baca blog pengalaman orang-orang yang sudah lebih dulu ke Lombok dan Gili Trawangan, maka tanggal 25 Desember 2013 kami siap terbang ke Mataram..

Kami berangkat dari Juanda International Airport (SUB) ke Lombok International Airport (LOP) menggunakan Wings Air. Untungnya kami nggak kena delay, jadi berangkat ke Mataram pun on time. Mungkin karena kami ambil penerbangan paling pagi ke Mataram. Saran saya, jika anda pergi berlibur, ambil penerbangan pagi, jadi ketika sampai di tempat tujuan, anda bisa langsung berlibur ke tempat-tempat yang ingin anda tuju. Beda cerita jika anda sudah ambil penerbangan pagi, lalu kena delay, jadi jadwal liburan anda tidak sesuai rencana lagi. Untuk tiket SUB-LOP kami beli Rp 654.000 /orang. Itu saja saya sudah beli tiket H-30 hari sebelum saya berangkat. Mungkin kalau saya beli H-7 saya bisa kena 900rb an kalii yaa... 
Setelah sampai di LOP jam 09.00 WITA, saya dijemput oleh sopir yang telah saya hubungi ketika di Surabaya. Namanya Bpk Rudi. Saya dapat kontak beliau dari rekan kerja saya yang telah lebih dulu ke Lombok dan menggunakan jasa Bpk Rudi sebagai sopir. Ya, saya memang nggak mau ambil resiko sewa mobil di orang yang saya nggk kenal. Untungnya saya sudah dapet rekomen, jadi saya pilih Bpk Rudi. Saya tawar-tawar harga dengan beliau saat saya belum berangkat ke Mataram. Harga yang kami sepakati untuk sewa mobil avanza + bensin + sopir (Bpk Rudy) adalah Rp 450.000/12 jam. Dan itu worth it banget. Bpk Rudy lihai menyopir dengan halus (saya katakan ini, karena sering sekali saya temui sopir yang kurang lihai menyopir, seperti telat ganti gigi, ngerem selalu mendadak, dll). Beliau juga sopan dan tau posisi sebagai sopir. Beliau sangat enak diajak sharing-sharing tempat wisata yang bagus di Lombok,dan ngobrol-ngobrol politik dengan Bapak saya pun beliau sanggup.
Setelah keluar dari Bandara Internasional Lombok di Praya, yang kami pertama kali cari adalah tempat makan untuk sarapan. Maklum, kami ber-tiga berangkat dari rumah ke Juanda jam 5 pagi, jadi tidak sempat sarapan. Kami sarapan di warung makan tepi jalan, dalam perjalanan kami ke Desa Sade.Lupa nama warung makannya. Kami langsung pesan Ayam Taliwang dan Plecing Kangkung khas Lombok. Saya pikir makanannya pasti kurang enak nih, karena belinya aja di warung di desa gini, bukan di restoran di Mataram. Dan saya salah. Ayam Taliwangnya dan Plecing Kangkungnya Weeenaaak!!

Setelah sarapan, kami diantar Bp Rudy ke Desa Sade. Warga di desa Sade ini masih tinggal di rumah tradisional suku sasak. Warganya pun masih menenun dan berjualan kain tenun, sarung dan oleh-oleh khas Lombok.

Saya, Bapak dan Mama di depan rumah suku sasak. Di belakang saya, yg pake baju ijo itu tour guidenya Desa Sade.

Saya di depan welcoming board-nya Desa Sade.

Jadi, di Desa Sade banyak dijual kain tenun sasak yang ditenun oleh warga wanitanya sendiri. Tapi, jangan salah. Walau tenunnya dari tangan pertama pengrajinnya, harganya tidaklah murah. Mungkin ini juga karena Desa Sade sudah dikomersilkan, banyak wisatawan yang berkunjung ke sana, jadi harganya pun ditinggikan.
Awal masuk area rumah suku sasak, kami disuruh isi buku tamu dan donasi sukarela ke kotak yang telah disediakan. Setelah itu pemandu kami, mengajak berkeliling rumah-rumah di sana, sekaligus menawarkan untuk membeli oleh-oleh di beberapa penjual. Well.. saya dan Mama memang sudah tertarik belanja kain di sini. Naluri wanita tak dapat dipungkiri.. Hehehehe.. :)

Mama memilih dan menawar harga kain tenun ke penjual. 

Sebetulnya kain-kain yang dijual di sini,tidak semua berasal dari desa Sade. Beberapa pernah saya temui di Surabaya. Pikir saya, saya ingin beli yang asli Lombok, kalo kain songket imitasi atau tenun imitasi toh di Surabaya banyak yang jual. Kalau mau beli tenun aslinya juga mahal, contohnya kain tenun warna putih yang dipegang penjual seperti gambar di atas, ditawarkan dengan harga 1,5 juta (kalau tidak salah) Jadi, saya dan Mama memilih membeli sarung original dari suku sasak yang sedikit tenunnya. Harga nya Rp 100.000/sarung. Saya memilih warna ungu, dan mama warna hijau. Sarung ini nantinya bisa dijadikan rok bawahan kebaya.(Jangan bayangkan sarungnya seperti sarung utk sholat yaa)
Setelah belanja, kami kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan, jangan lupa tour guidenya dikasih tip yaa.. Rp 10.000 ribu saja sudah cukup kok :) 

Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Batu Payung, ternyata ke Batu Payung juga melewati Pantai Kuta dan Tanjung Aan. Alhamdulillah walau bulan Desember, tapi hari itu tidak mendung dan tidak hujan. Rencana liburan pun sesuai rencana. Kami sampai di Tanjung Aan, tidak ada tiket masuk untuk orang, yang ada hanya ongkos parkir kendaraan saja, dan pantainya baguuuussss sekaliiii.... Airnya jernih, pasirnya putih, didukung langit yang biru cerah dan awan yang putih. Thanks God!

Tanjung Aan

Jika anda ke lombok, maka masukkanlah Tanjung Aan dan Batu Payung sebagai Top-Three-Place on your destination list. Waaajiiib bgt kesini! Hehehehe.. Sewaktu kami ke Tanjung Aan, tidak banyak wisatawan yang ke sana. Jadilah tanjung Aan seperti private beach kami. Cuma yang rada bikin kesel, terlalu banyak penjual oleh-oleh yang mengejar kami kemana kami melangkah. Kami sudah bilang tidak ingin membeli, tapi masihh saja diikuti. Yasudah lah.. namanya juga mereka cari rejeki :)

Mama yang dikelilingi penjual souvenir.

Bapak lebih santai lagi, memesan kelapa muda tanpa gula, lalu duduk di gubuk seperti gambar di atas, sambil ngobrol-ngobrol dengan ibu penjual kelapa muda yang ramah sekali.
Lalu kami berencana untuk menyeberang ke Batu Payung menggunakan boat seperti gambar saya terdahulu. Harga yang saya ajukan Rp 150.000 untuk 1 boat pulang pergi, tapi pengemudinya hanya mau Rp 200.000. Setelah tawar menawar alot dengan pengemudi boat tersebut, deal lah saya bayar Rp 100.000 untuk 3 orang dan sharing boat dengan 2 orang lain yang juga membayar Rp 100.000 . Intinya total si pengemudinya dapet 200 rb. 

Batu Payung dari kejauhan

Perjalanan dari Tanjung Aan ke Batu Payung hanya ditempuh 10-15 menit saja. Untunglah Bapak crew boatnya baik, beliau mau bawain tripod saya dan foto-fotoin keluarga kami selama di Batu Payung. Alhasil tripod yang saya bawa pun tidak digunakan, karena sudah ada beliau yang jadi juru foto dadakan.

Saya di Batu Payung

Bapak terlihat kecil sekali duduk di bawah Batu Payung

Batu Payung menjadi terkenal saat menjadi tempat syuting iklan rokok Du*hill tahun 2013. Semenjak itu banyak orang ke tempat ini. Karena awalnya Batu payung tidak terlalu dilihat wisatawan. Saya pun kemari juga karena penasaran.. Heheeheh..

..............to be continue..................
 

Blogger news

Blogroll

About Me

Ardila Novitasari. 23 years old. Indonesian. and I do Looove Travelling